Senin, 24 Februari 2014

Laporan Silvika Acara I-VIII


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Tinjauan Pustaka
Hutan merupakan bentukan vegetasi alami yang terdiri dari pohon kayu, bambu, palem, dan tumbuhan bawah, sehingga berperan dalam keseimbangan ekosistem. Hutan dengan segala ekosistem yang berada di dalamnya merupakan bagian dari komponen penentu kestabilan alam, yang dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup sebagaimana yang difirmankan Allah dalam surat Al-Hijr ayat 19- 21:
"Dan kami Telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan kami Telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (Kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya. Dan tidak ada sesuatupun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya; dan kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu" (Qs. Al-Hijr 15:19-21).
Pada ayat 19 dan ayat 21 maksudnya ialah Allah menciptakan segala sesuatu dengan ukuran tertentu atau dalam keadaan seimbang. Allah menciptakan tumbuh-tumbuhan bawah secara tidak melebihi ukurannya dan seimbang, sehingga berfungsi sebagai habitat atau rumah makhluk hidup lainnya. Pada fase semai tumbuhan bawah juga mendukung pertumbuhan untuk ke fase selanjutnya, dan di ciptakan oleh Allah tumbuh-tumbuhan secara berkelompok hingga tampak suatu vegetasi yang beraneka ragam disebut sebagai kawasan hutan.
Suksesia adalah perubahan yang perlahan-lahan dari komunitas tumbuhan dalam satu daerah tertentu dimana terjadi pengalihan dari satu jenis tumbuhan oleh jenis tumbuhan lainnya (pada tingkat populasi). Pada prinsipnya semua bentuk ekosistem akan mengalami perubahan struktur maupun fungsinya dalam perjalanan waktu. Beberapa perubahan mungkin hanya merupakan fluktuasi local yang kecil sifatnya, sehingga tidak memberikan arti yang penting. Perubahan lainnya mungkin sangat besar/kuat sehingga mempengaruhi system secara keseluruhan.(Arief, 1994)
Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai homeostatis. Ini dapat diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan internalnya sebagai akibat dari tanggap (respon) yang terkoordinasi dari komponen-komponennya terhadap setiap kondisi atau rangsangan yang cenderung mengganggu kondisi atau fungsi normal komunitas. Jadi bila suatu komunitas telah mencapai klimaks, perubahan yang searah tidak terjadi lagi (Resosoedarmo,1990)
Hutan merupakan kumpulan atau asosiasi dari pohon dan menutup areal yang cukup luas, sehingga dapat membentuk iklim mikro dengan kondisi ekologis yang khas. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 menyatakan bahwa hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang di dominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya (Djajapertunja, 2002).
Di hutan juga, suasana yang dirasakan berbeda dengan suasana diluar hutan, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan iklim yang disebut iklim mikro. Iklim mikro adalah iklim yang terjadi pada daerah yang kecil, lebih kecil dari iklim itu sendiri. Iklim mikro di hutan ditandai dengan adanya perbedaan sifat-sifat iklim yang mencolok antara di dalam dan di luar hutan. Perbedaan itu antara lain dari segi suhu, kelembaban, intensitas cahaya, curah hujan, dll. Semua itu bernilai positif di hutan. Artinya, iklim yang terbentuk di dalam hutan sangat cocok bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Lingkungan hutan merupakan vegetasi alami yang menutupi sekitar dua pertiga dari luas permukaan bumi. Secara umum ada dua fungsi utama hutan yaitu fungsi ekonomi dan fungsi ekologis. Fungsi ekonomi lebih ke penyediaan barang yang diperlukan manusia untuk berbagai keperluan, sedangkan fungsi ekologis hutan antara lain pengatur siklus hidrologi, penyimpan sumber daya genetik, pengatur kesuburan tanah dan iklim (Faidah, 2007).
Menurut Irwan (2003), sistem ekologi di dalam ekosistem hutan merupakan suatu sistem yang dinamis yaitu suatu sistem yang saling terkait dan saling membutuhkan antara vegetasi dan hewan yang berinteraksi. Pada ekosistem hutan terdapat persaingan dan kerjasama seperti naungan pohon, perkecambahan, tumbuh-tumbuhan yang merambat, epifit, lumut menutupi potongan kayu dan kotoron, aktivitas hewan yang membantu dalam proses perkembangan tumbuhan, sumber makanan dan perlindungan bagi satwa untuk melangsungkan kehidupannya.
Selain itu, perlu diketahui bahwa pohon-pohon yang dianggap berkuasa atau dominan dalam suatu tegakan hutan menduduki posisi tajuk (kanopi) paling atas. Di dalam hutan ada kelompok-kelompok pohon yang dapat dibedakan berdasarkan fase pertumbuhannya  dan posisi tajuknya. Pengelompokan (klasifikasi) pohon tersebut sangat penting dalam pengelolaan hutan, terutama sebagai pertimbangan untuk menerapkan system budi daya hutan (sistem silvikultur)  yang tepat. Variable lain yang perlu diperhatikan adalah komposisi jenis pohon yang menyusun tegakan hutan, struktur tegakan hutan, kerapatan tegakan hutan, faktor tempat tumbuh, dan sifat toleransi pohon yang berimplikasi terhadap kondisi tegakan hutan. Hal itu dijadikan landasan untuk praktik budi daya hutan secara baik dalam usaha mengelola hutan alam maupun hutan tanaman.
Tumbuhan pada lantai hutan rata-rata mendapatkan cahaya matahari hanya satu persen. Karena itu, tumbuhan ini harus beradaptasi untuk mendapatkan cahaya. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbesar ukuran daun maupun penyusunan daun yang memaksimalkan pengumpilan cahaya.
Keberadaan seed bank untuk regenerasi secara alami sangat berpengaruh besar. Hal ini disebabkan Karena bank biji merupakan kumpulan biji yang tersimpan pada lantai hutan yang akan berkembang melalui berbagai proses secara alami dan membutuhkan waktu yang lama.

2.1  Tujuan
Acara I : Praktikum ini bertujuan untuk melihat proses suksesi ekosistem hutan dengan membandingkan unit vegetasi pada lahan terbuka atau baru berkembang dengan unit vegetasi hutan dewasa.
Acara II : Praktikum ini bertujuan untuk mendata faktor lingkungan fisik dalam kawasanhutan yang tertutup vegetasi dan membandingkan dengan factor lingkungan fisik pada areal yang lebih terbuka.
Acara III :  Untuk mengetahui klasifikasi pohon di dalam hutan yang sesungguhnya atas dasar kedudukan didalam hutan.
Acara IV : Untuk mengetahui jumlah atau sebaran dari suatu jenis dalam tingkat-tingkat hidupnya per satuan luas.
Acara V : Untuk bentuk-bentuk adaptasi tumbuhan bawah terhadap iklim mikro dalam hutan cahaya yang rendah.
Acara VI : Untuk mengetahui bentuk-bentuk bunga dan kemungkinan bentuk atau agen polinasi bentuk-bentuk buah dan kemungkinan penyebaran serta efektifitas bank biji di lantai hutan.
Acara VII : Untuk mengetahui specific leaf area (SLA) jenis-jenis tumbuhan di hutan dan menghubungkannya dengan karakteristik tumbuhan tersebut secara umum.
Acara VIII : Untuk mengetahui tingkat predasi daun dan tumbuhan bawah hutan

















BAB II
METODOLOGI
3.1 Waktu Pelaksanaan
Hari/tanggal          : Minggu, 24 September 2013
Waktu                  : Pukul  09:34 wib
Tempat                  : Taman Hutan Raya Rajalelo Bentiring Bengkulu Tengah

3.2  Prosedur Kerja
Acara I
1.      Pada areal terbuka atau baru berkembang (semak-semak) buatlah petak ukur dalam satu wilayah dengan cara Nested Sampling 20 x 20 m untuk pohon dan tiang ( diameter di atas 10 cm) ; 5 x 5 m untuk tingkat sapihan (diameter di bawah 10 cm, tetapi tinggi di atas 3 m) dan 2 x 2 m untuk anakan (tinggi sampai dengan 3 m) . Petak yang kecil berada dalam petak yang besar. Antara regu satu dengan yang lainnya diharapkan membuat plot yang bersambung dengan jarak antar petaak ukur 20 meter. Catat jenis tumbuhan yang diamati (spesies, genus atau family). Jika tidak diketahui cukup dengan membuat spesies a, b, c dst. Catat juga sifat tumbuhannya (berkayu, herba, rumput-rumputan).
2.      Mengambar proyeksi horizontal dan proyeksi verticalnya dari setiap tingkatan yang ada. Kemudian mengukur diameter batang, tajuk serta tinggi batang bebas cabang dan tinggi totalnya.
3.      Mengukur dan mendata factor fisik di lokasi pengamatan, yang terdiri dari intensitas cahaya matahari, kelembaban dan temperature udara, pH tanah serta intensitas angin.
4.      Membandingkan data  yang dikumpulkan dengan data yang dikumpulkan untuk praktikum dalam kawasan hutan.

Acara II
1.      Pada kawasan hutan buatlah plot 20 x 20 m. Antara regu satu dengan yang lainnya diharapkan membuat plot yang bersambung dengan jarak antara petak ukur 20 meter.
2.      Di dalam plot yang telah dibuat tersebut, ukuran dan catat faktor fisik dilokasi pengamatan, yang terdiri dari intensitas cahaya matahari, kelembaban dan emperatur untuk, Ph tanah serta intensitas angin.

Acara III
1.      Lakukan pengamatan pohon-pohon dan tiang (diameter diatas 10 cm) pada plot 20 x 20 m yang telah dibuat untuk pengamatan iklim mikro hutan. Catat jenisnya (Spesies, ganus atau family). Jika tidak diketahui cukup dengan membuat species a, b, c dst.
2.      Menggambar proyeksi horizontal dan proyeksi vertikalnya pada kertas millimeter blok dari setiap tingkatan yang ada, kemudian mengukur diameter batang, tajuk serta tinggi batang bebas cabang dan tinggi totalnya.
3.      Untuk menentukan suatu pohon termasuk kedalam kelas dominan, kodominan, intermediet, tertekan atau mati, maka dekatilah pohon-pohon yang  terbasuk kedalam petak ukur lalu diletak lebar tajuknya, sehingga bias dilihat dari mana pohon itu mendapatkan sinar matahari, catat jenis pohon serta ukurannya.
Acara IV
1.      Dalam petak ukur 20 x 20 m pengamatan tingkat pohon dan tiang pada acara III buatlah Nasted Sampling 5 x 5 m untuk tingkat sapihan (diameter di bawah 10 cm tetapi tinggi di atas 3 m) dan 2 x 2 m untuk anakan (tinggi sampai dengan 3 m). Petak yang kecil berada dalam petak yang besar. Cetak jenis tumbuhan yang diamati (Species, genus atau family). Jika tidak diketahui cukup dengan membuat special, b, c dst. Catat juga sifat tumbuhannya (berkayu, herba, rumputan-rumputan).
2.      Menggambar proyeksi horizontal dan proyeksi vertikalnya dari setiap tingkatan yang ada, kemudian mengukur diameter batang, tajuk serta tinggi batang bebas cabang dan tinggi totalnya.
Acara V
1.      Perhatikan dan ambil gambar tumbuh-tumbuhan bawah yang beradah dalam petak 20 x 20 m yang telah anda buat.
2.      Tuangkan hasil pengamatan anda tersebut untuk menilai apakah ada bentuk-bentuk karakteristik tumbuhan bawah yang merupakan adaptasi hidup di bawah naungan, misalnya ukuran daun dan penyusunan daun (melingkar, tidak saling menaungi).
Acara VI
1.      Perhatikan dan ambil gambar bunga dan buah, bank yang masih di pertumbuhan atau sudah jatuh ke tanah dalam petak 20 x 20 m yang telah anda buat
2.      Coba pikirkan dan analisis bentuk, warna dan karakteristik lainnya dari bunga dan buah tersebut, dan kemudian apa kemungkinan bentuk polinasi (Polinasi sendiri atau lewat agen dan apa agennya) serta kemungkinan bentuk dispense buah/biji (Grafitasi/jatu saja,lauching, atau lewat agen penyebaran).
3.      Ukur dimensi (Panjang dan lebar) buah dan biji
4.      Sampel tanah topsoil pada 5 (lima) lokasi di plot 20 x 20 m. Empat di pojok dan satu di tengah. Kumpulkan tanah-tanah tersebut dalam satu tempat dan bawah ke laboratorium.
5.      Setelah dilaboratorium, setelah dibersihkan dari tumbuhan, tanah yang ada kumpulkan anda bagi dua.  Satu (1) bagian langsung disebut di satu tray percobaan. Bagi tray tersebut menjadi 6 bagian. Satu bagian tanah lagi anda masukkan ke dalam oven selama 24 jam. Sama seperti tadi, setelah itu dimasukkan ke tray percobaan dan satu tray dibagi 6 bagian.
6.      Siram percobaan anda, tetapi jangan kebanyakan air. Amati selama tiga minggu. Foto perkembangan percobaan anda setiap minggu. Foto-foto ini ditampilkan dalam laporan. Pada minggu ketiga, hitung jumlah tumbuhan yang tumbuh pada setiap bagian tray percobaan anda dan kemudian dimasukkan ke oven untuk ditimbang berat keringnya. Jadi anda punya dua perlakuan (Oven dan tidak Oven) dan masing-masing perlakuan anda punya 6 ulangan. Variabel yang ada amati ada 2, yakni jumlah yang tumbuh dan berat kering. Analisis hasilnya dengan menggunakan uji t
Acara VII
1.      Pilih lima individu dari jenis yang berbeda dari tumbuhan atas dan lima individu dari jenis yang berbeda dari tumbuhan bawah dari petak 20 x 20 m yang telah anada buat.
2.      Dari individu-individu tersebut pilih 10 daun yang suda berkembang penuh, sehat, minimum perkembangan efifit dan tidak ada predator daun.
3.      Daun-daun tersebut disimpan di plastic sampel dan dibawk ke laboratorium.
Acara VIII
1.      Pilih 10 individu dari jenis yang berbeda dari tumbuhan bawah yang terdapat predasi daun pada petak 20 x 20 m yang telah anda buat.
2.      Amati daun-daun pada individu-individu tersebut. Hitung jumlah daun yang terserang herbivore (misalnya berlobang, mati tengah dll) dan hitung jumlah total daun pada individu tersebut.
3.      Amati predator apa yang menyerang daun pada tumbuhan tersebut (semut, ular larva dll)
4.      Amati daun-daun yang tersebut dan masukkan ke dalam plstik sampel. Pisahkan masing-masing individu. Daun-daun tersebut dibawak ke laboratorium.
5.      Setiap daun tersebut herbivore yang telah dikoleksi tersebut difoto dengan kamera digital. Daun yang difoto harus disertai dengan standar panjaang yang diketahui. Persentasi luas daun yang terserang kemudian dianalisis dengan program computer ImageJ.













BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Acara I (Suksesi Ekosistem)
Hasil pengamatan  5 x 5 m , tingkat sapihan (diameter dibawah 10 cm, tinggi diatas 3 m)
No
Nama spesies
Jumlah
Tinggi (m)
TBC (m)
Tajuk (m)
Sifat
1
Kayu gadis
1
4
1
3
Berkayu
2
Akasia
1
54
1,2
3,5
Berkayu

Data faktor fisik dilokasi pengamatan
Intensitas cahaya (Luxmeter)  : 9,57 lux
Kelembaban (%)                     : 63 %
Temperatur udara (0)               : 37 0
pH tanah                                 : 6,1
Intensitas angin                       : 2,3 meter/ detik

Acara II ( Iklim Mikro Hutan)
Data faktor fisik dalam plot 20 x 20 m
Intensitas cahaya (Luxmeter)    : 5,48
Kelembaban (%)                        : 75 %
Temperatur udara (0)                 : 33 0
pH tanah                                    : 6,2
Intensitas angin                          : 0,1



Acara III ( Proyeksi Penampang dan klasifikasi Pohon Hutan)
Pengamatan pohon dan tiang (diameter diatas 10 cm) pada lahan tertutup
No
Nama spesies
Keliling
(cm)
Tinggi
(m)
TBC
(m)
Tajuk
(m)
keterangan
1
Pohon a1
30
16
7,9
8,25
Dominan
2
Pohon a2
26
14,3
6,1
8,45
Dominan
3
Pohon b
240
46
13
18,05
Emergen
4
Pohon a3
101
19
4
12,2
Dominan
5
Pohon c
88,5
16
6
7,25
Dominan

Acara IV (Stratifikasi Hutan)
100_5819.JPGProyeksi Vertikal Pada Area Tertutup                               Proyeksi Horizontal Pada Area Tertutup
100_5819_2.JPG










Acara V (Karakteristik Tumbuhan Lanti Hutan)
No
Gambar Spesies
Karakteristik Adapasi untuk mendapatkan sinar matahari
1
100_5683.JPG
-          Daun sangat hijau, panjang  dan tebal
-          Daun  tersusun dengan rapih  dan tidak saling menutupi
-          Batang sedikit berbaring, dengan tangkai daun yang cukup panjang sehingga bisa menempati ruang yang cukup besar.
2
100_5670.JPG
-          Tanaman tersebut untuk mendapatkan sinar matahari dengan cara memanjat
-          Daun panjang, warna hijau dan menjari
3
100_5665.JPG
-          Memperlebar permukaan daun, warna hijau
-          Daun tipis
4
100_5682.JPG
-          Memperbanyak daun untuk mendpatkan sinar matahari yang maksimal untuk proses Fotosintesis
5
100_5678.JPG
-          Memperluas permukaan daun untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal.



Acara VI (Ekologi Bunga, Buah dan Bank Biji)
1.      Bunga dan Buah Pada Lahan Terbuka dan Tertutup
No
Gambar
Polinasi
Penyebaran
Keterangan
1
100_5583.JPG
-Kumbang
- Semut,
- Kupu-kupu
- Burung.
Angin.
-          Bunga berwarna Ungu.
-          Bunga tunggal.
-          Mempunyai Nektar bunga.
2
100_5665.JPG
-Burung
-Gravitasi
-Burung
- Buah muda berwarna Kuning, tua berwarna merah
- Bentuk Buah Bulat, majemuk
3
100_5663.JPG
-          Kumbang
-          Semut
-          Burung
-          Kupu-kupu
-          Angin
-          Gravitasi
-          Bunga Berwarna Putih
-          Bergetah Putih
4
100_5679.JPG
-          Kumbang
-          Semut
-          Burung
-          Kupu-kupu
-          Angin
-          Gravitasi
-          Bunga berwarna putih
-          Mempunyai buah dan berbijih
-          Getah berwarna bening

5
100_5691.JPG
-          Burung
-Angin
- Gravitasi
- Buah berwarna hijau
- Bentuk Buah Bulat


2.      100_5918.JPGBank Biji






Acara VII (Fungsi Ekologi Daun)
1.      Fungsi Ekologi Daun Untuk Tumbuhan Atas
SPESIES A
SPESIES B
SPESIES C
SPESIES D
SPESIES E


Luas Area Daun Tumbuhan Atas
No
Daun A1
Daun A2
Daun A3
Daun A4
Daun A5
1
45.49
86.83
245.823
155.675
35.469
2
43.192
65.512
210.156
175.442
31.223
3
53.097
60.297
238.262
212.068
31.584
4
35.081
79.523
277.203
230.352
33.42
5
51.799
51.183
239.408
269.299
34.804
6
68.572
47.942
313.994
141.716
58.177
7
73.331
68.969
359.391
247.448
44.69
8
55.129
52.448
478.565
221.632
28.297
9
37.599
43.123
520.45
428.488
28.662
10
66.015
70.645
154.415
360.723
36.297

Berat Kering Tumbuhan Atas
No
A1
A2
A3
A4
A5
1
0,31
0,70
2,54
0,8
0,26
2
0,25
0,66
1,75
1,00
0,22
3
0,25
0,6
2,14
1,2
0,23
4
0,19
0.78
1,7
1,28
0,22
5
0,29
0,62
2,02
1,68
0,18
6
0,33
0,42
2,4
0,79
0,34
7
0,35
0,58
2,52
1,60
0,28
8
0,29
0,45
3,71
1,28
0,17
9
0,18
0,33
4,88
2,67
0,19
10
0,31
0,52
1,18
1,98
0,19
Perhitungan SLA Daun Tumbuhan Atas
SLA =
No
A1
A2
A3
A4
A5
1
146.74
124.04
96.78
194.59
136.42
2
172.77
99.26
120.09
175.44
141.92
3
212.39
100.49
111.34
176.72
137.32
4
184.64
101.95
163.06
179.96
151.91
5
178.62
82.55
118.52
160.3
193.36
6
207.79
114.15
130.83
179.4
171.1
7
209.52
118.91
142.62
154.6
159.6
8
190.1
116.55
128.99
173.15
166.45
9
208.88
130.68
106.65
160.48
150.85
10
212.95
135.86
130.86
182.18
191.4

2.      Fungsi Ekologi Daun Untuk Tumbuhan Bawah
SPESIES A
SPESIES B
SPESIES C
SPESIES D
SPESIES E

Luas Area Daun Tumbuhan Bawah
No
Daun B1
Daun B2
Daun B 3
Daun B4
Daun B5
1
106.656
64.089
35.485
12.38
18.463
2
121.695
69.756
52.448
12.882
24.433
3
127.927
51.999
45.925
11.684
23.913
4
138.122
60.566
23.554
15.576
27.994
5
130.119
71.219
42.663
12.398
23.915
6
111.14
43.618
49.293
14.599
27.299
7
113.194
51.05
40.426
16.366
25.677
8
174.003
61.086
61.087
20.799
22.467
9
126.237
74.799
49.7
19.999
16.88
10
107.965
56.918
50.458
24.592
7.829

Berat Kering Daun Tumbuhan Bawah
No
B1
B2
B3
B4
B5
1
1,0
0,34
0,22
0,05
0,11
2
0,97
0,30
0,29
0,04
0,14
3
0,76
0,22
0,31
0,04
0,13
4
1,1
0,38
0,13
0,04
0,17
5
0,81
0,40
0,25
0,06
0,15
6
0,8
0,37
0,39
0,06
0,15
7
0,75
0,32
0,25
0,05
0,15
8
1,45
0,33
0,36
0,07
0,16
9
0,91
0,42
0.29
0,06
0,11
10
0,91
0,29
0,31
0,07
0,16

Perhitungan SLA Daun Tumbuhan Bawah
SLA =

No
B1
B2
B3
B4
B5
1
106.66
188.49
161.29
247.6
167.84
2
125.46
232.52
180.86
322.05
174.52
3
168.33
236.36
148.15
292.1
183.95
4
125.57
159.38
181.18
389.4
164.67
5
160.64
178.05
170.65
206.63
159.43
6
138.93
117.89
126.39
243.31
181.99
7
150.93
159.53
161.70
327.32
171.18
8
120.00
185.11
169.69
297.13
140.42
9
138.72
178.09
171.38
333.32
153.45
10
118.64
196.27
162.77
351.31
48.93


Acara VIII HERBIVORI (Predasi Daun Dan Biji)
Persentasi Jumlah Daun yang Terserang Predator
Rumus mencari Persentasi Serangan =  %
No
Jumlah Daun
Daun terserang
Persentasi Serangan (%)
1
36
30
83,3
2
73
27
36,9
3
705
655
92,9
4
142
27
19
5
392
72
18,3

Persentasi Luas Daun yang Diserang Predator
No
Gambar
Kemungkinan Luas Daun
Luas Daun Yang Diserang
Persentase luas Daun yang diserang (%)
1
1.JPG
191,177
45,381
23,73
2
2.JPG
61,049
6,091
9,977
3
3.JPG
120,469
2,24
1,859
4
4.JPG
78,58
0,862
1,096
5
5.JPG
48,64
5,802
11,93
6
6.JPG
62,575
4,563
7,29
7
7.JPG
40,679
2,062
5,06
8
8.JPG
25,67
3,07
11,95
9
9.JPG
133,097
30,972
23,27
10
10.JPG
112,896
25,824
22,87

3.2 Pembahasan
Pada praktikim ini hal yang pertama kami lakukan yaitu dengan cara membuat plot (nested sampling) dengan ukuran 20 x 20 m, 5 x 5 m dan 2 x 2 m.  Di acara 1 kami membandingkan data faktor fisik yang didapat di areal terbuka dengan data yang didapat di kawasan hutan. Dari data yang didapat ternyata hanya ditemui tanaman dalam tingkat anakan. Karena memang areal ini adalah bekas penebangan yang masih dalam proses suksesi untuk menjadi kawasan hutan kembali sehingga tanaman yang ada pun masih relative sedikit. Suksesia sendiri adalah perubahan yang perlahan-lahan dari komunitas tumbuhan dalam satu daerah tertentu dimana terjadi pengalihan dari satu jenis tumbuhan oleh jenis tumbuhan lainnya. Selain itu kita jiga mengamati iklim mikro yang ada di kawasan plot yang telah di buat tadi. Sebagai mana kita ketahui bahwa iklim mikro adalah iklim yang terjadi pada daerah yang kecil, lebih kecil dari iklim itu sendiri. Iklim mikro di hutan ditandai dengan adanya perbedaan sifat-sifat iklim yang mencolok antara di dalam dan di luar hutan. Perbedaan itu antara lain dari segi kelembaban 63 % , intensitas cahaya 9,57 lux temperature udara 37o , Ph Tanah 6,1 dan Intensitas Angin 2,3 meter/detik pada pengamatan plot 5 x 5. Dan Intensitas Cahaya 5,48 lux, kelembaban 75 %, Temperatur Udara 33o, pH Tanah 6.2 , Intensitas Angin 0,1 meter/ detik untuk hasil dipengamatan pada plot 20 x 20. Semua itu bernilai positif di hutan. Artinya, iklim yang terbentuk di dalam hutan sangat cocok bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman disekitarnya.
Tegakan yang rapat juga dapat mempengaruhi klasifikasi pohon hutan. Pohon merupakan kelompok tumbuhan berkayu, berukuran besar, dengan tinggi lebih dari 5 meter. Pohon sebagai salah satu tumbuhan kormus (cormophyta), yaitu kelompok tumbuhan yang tubuhnya secara nyata mempelihatkan diferensiasi dalam tiga bagian pokok meliputi akar, batang, dan daun.
Klasifikasi pohon dalam sebuah hutan sangat berguna untuk keperluan pengelolaan hutan itu sendiri. Klasifikasi pohon dapat didasarkan pada ukuran pohon atau posisi tajuk di dalam hutan. Klasifikasi pohon berdasarkan ukuran yang dimaksudkan dengan parameter ini adalah diameter setinggi dada (diameter batang pada ketinggian 130 cm diatas tanah) dan tinggi pohon. Oleh karena itu, klasifikasi pohon berdasarkan ukuran dibedakan dalam fase-fase sebagai berikut:
a.       Semai (seedling), yaitu pohon yang tingginya kurang dari atau sama dengan 1,5 meter.
b.      Sapihan atau pancang (saplings), yaitu pohon yang tingginya lebih dari 1,5 meter dengan diameter batang kurang dari 10 cm.
c.       Tiang (poles), yaitu pohon dengan diameter batang 10 cm-19 cm.
d.       Pohon inti  (nucleus trees), yaitu pohon dengan diameter 20 cm-49 cm. pohon inti adalah pohon jenis komersial dengan diameter batang 20 cm-49 cm yang akan membentuk tegakan utama dan yang akan ditebang pada rotasi berikutnya.
e.       Pohon besar (trees), yaitu pohon dengan diameter batang lebih dari 50 cm.
Sedangkan klasifikasi pohon berdasarkan posisi tajuk dibedakan menjadi 5 yaitu :
§  Pohon dominan (dominant trees), yaitu pohon yang  tajuknya menonjol paling atas dalam hutan sehingga mendapat cahaya matahari penuh. Tajuk pohon tumbuh meninggi di atas tingkat kanopi yang umum.  Terkadang terdapat tegakan seumur meskipunlebih sering terdapat pada tegakan tidak seumuryang kondisinya tidak sempurna. Pohon dominan ukurannya paling besar dibandingkan dengan pohon-pohon lainnyakarena kemampuan bersaing dengan pohon lain cukup besar. Banyak percabangan pohon dengan ukuran cabang yang besar sehingga kadang-kadang mendesak dan menekan pohon-pohon lainnya. Oleh karena itu, sering disebut pohon serigala (wolf trees). Jadi pohon serigala adalah pohon yang menghalangi pertumbuhan pohon lainnya dalam suatu tegakan hutan, tetapi pohon itu  sendiri kurang bernilai komersial.
§  Pohon kodominan (codominant trees). Pohon tersebut tidak setinggi pohon domianan, tetapi masih mendapat cahaya penuh dari atas meskipun dari samping terganggu oleh pohon dominan. Pohon kodominan bersama-sama dengan pohon dominan merupakan penyusun kanopi atau tajuk utama dalam sutu tegakan hutan.
§  Pohon tengahan (intermediate trees). Pohon yang tajuknya menempati posisi lebih rendah dibandingkan pohon dominan dan kodominan. Pohon itu masih mendapatkan cahaya matahri dari atas, tetapi tidak lagi mendapat cahaya matahari dari samping. Dengan demikian, pohon dari kelas tersebut mengalami persaingan keras dengan pepohonan lainnya.
§  Pohon tertekan (suppressed), yaitu pohon yang sama sekali ternaungi oleh pepohonan yang lain dalam suatu tegakan hutan, sehingga tidak menerima cahaya yang cukup baik dari atas maupun dari samping. Pepohonan demikina, biasanya lemah dan tumbuh lambat.
§  Pohon mati (dead trees), yaitu pepohonan yang mati atau dalm proses kematian. Pada tegkan hutan yang memiliki permudaan banyak, tetapi tidak dikelola dengan baik, maka lambat laun sejumlah besar pohon akan mengalami tekanan dan akhirnya mati. Seberapa jauh kecepatan terjadinya proses tersebut tergantung kepada kualitas tempat tumbuh dan tingkat toleransi pohon.

Menurut  Darjadi dan Hardjono (1976), pembagian atau klasifikasi pohon di atas dalam tegakan murni sangat diperlukan untuk kepentingan pemeliharaan hutan, misalnya diperlukan dalam merencanakan atau melaksanakan kegiatan penjarangan.
Adapun hasil pengamatan kami mengenai pohon bahwa untuk pohon pertama memiliki cabang yang hampir dekat dengan permukaan akar maka kami buat dengan perhitingan Pohon pertama/ pohon a1 tinggi 16m, keliling 30cm, TBC 7.9m,  tajuk 8,25m dengan klasifikasi termasuk pohon dominan. Pohon a2 tinggi 14,3m, keliling 26cm, TBC 6.1m,  tajuk 8,45m dengan klasifikasi termasuk pohon dominan. Pohon b tinggi 46m, keliling 240cm, TBC 13m,  tajuk 18,05m dengan klasifikasi termasuk pohon Emergen. Pohon a3 tinggi 19m, keliling 101cm, TBC 4m,  tajuk 12,2m dengan klasifikasi termasuk pohon dominan. Pohon c tinggi 16m, keliling 88,5cm, TBC 6m,  tajuk 7,25m dengan klasifikasi termasuk pohon dominan.
Lapisan-lapisan kanopi yang terdapat di dalam hutan sering juga disebut stratum atau tinkat (strory) atau lapisan (layer). Jadi yang dimaksud dengan stratum disini ialah suatu lapisan pohon yang tajuk-tajuknya tidak sama tinggi terletak diantara suatu batas tertentu. Suatu stratum dapat membentuk suatu kanopi secara kontinyu, tetapi dapat juga membentuk kanopi yang tidak kontinyu. Kanopi itu disebut kontinyu apabila tajuk-tajuknya bersentuhan kearah samping dan disebut tidak kontinyu apabila tajuk-tajuknya terpisah jauh. Akan tetapi hasil pengamatan kami mengenai kanopi akan pohon b, a3 dan c termasuk tidak kontinyu karena tajuk-tajuknya tidak bersentuhan. Lain halnya dengan pohon a1 dan a2 yang memang sangat bersentuhan dan disebut sebagai kanopi kontinyu.
Hutan-hutan di daerah sedang tidak mempunyai strata, tidak pernah lebih dari dua strata, bahkan kadang-kadang hanya mempunyai satu stratum, sedang hutan hujan tropis mempunyai beberapa strata. Menurut Richards (1952) di dalam hutan hujan tropis diselidiki terdapat 5 strata, yaitu :
1.      Stratum A : lapisan teratas, terdiri dari pohon-pohon yang tinggi totalnya 30 m ke atas. Biasanya tajuknya diskontinu, batang pohon tinggi dan lurus, batang bebas cabang (clear bole) tinggi. Jenis-jenis pohon dari stratum ini pada waktu mudanya, tingkat semai hingga sapihan (seedling sampai sapling), perlu naungan sekedarnya, tetapi untuk pertumbuhan selanjutnya perlu cahaya yang cukup banyak.
2.      Stratum B : terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 20-30 m, tajuknya pada umumnya kontinu, batang pohon biasanya banyak bercabang, batang bebas cabang tidak begitu tinggi. Jenis-jenis pohon dari stratum ini kurang memeerlukan cahaya atau tahan naungan (toleran).
3.      Stratum C : terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 4-20 m, tajuknya kontinu. Pohon-pohon dalam stratum ini rendah, kecil, banyak bercabang.
Antara stratum A dan B perbedaanya jelas karena terdapat diskontinuitas tajuk yang vertikal, tetapi antara stratum A dan C biasanya kurang jelas, hanya dapat dibedakan berdasarkan tinggi dan bentuk pohon. Disamping ketiga strata pohon itu terdapat pula strata perdu-semak dan tumbuh-tumbuhan
4.      Stratum D : lapisan perdu dan semak, tingginya 1-4 meter.
5.      Stratum E : lapisan tumbuh-tumbuhan penutup tanah (ground cover), tingginya 0-1 meter. Tidak semua hutan memiliki ketiga strata pohon tersebut diatas. Jadi, ada hutan-hutan yang hanya memiliki strata A-B atau strata A-C saja. Yang penting pula ialah peranan liana (tumbuh-tumbuhan memanjat) berkayu yang dapat merupakan bagian dari tajuk hutan.

Dari hasil pengamata kami menunjukkan bahwa area terbuka untuk pohon pertama (kayu gadis) termasuk strata C yang mana tingginya hanya 4 m dan pohon ke-2 (Akasia) termasuk strata A karena tingginya diatas 30 m. Adapun Untuk area tertutup puntuk pohon a1 dan a2 termasuk strata C, pohon b strata A, pohon a3 dan c termasuk strata C.



Berikut adalah beberapa gambar bebarapa jenis tanaman lantai hutan :
100_5679.JPG100_5667.JPG100_5683.JPG  



Umumnya tanaman lantai hutan ini beradaptasi dengan memperbesar daunnya ataupun memaksimalkan daunnya untuk memperoleh dan mengumpulkan cahaya, air tanah, oksigen, unsure hara, dan karbon dioksida. Adapun faktor-faktor eksternal yang membantu penyerbukan pada tanaman hutan yaitu bias karena adanya kehadiran hewan penyerbuk, agen dispersal dari kondisi bunga, biji, kondisi tanah, kelembaban tanah dan udara, angin, dan gangguan ataupun kerusakan lingkungan oleh manusia juga berpengaruh terhadap kelangsungan pertumbuhan bunga, buah dan bank biji.
Kecepatan perkembangan biji tumbuhan dan pertumbuhan anakan (seedling) merupakan faktor penting dalam keberlangsungan hidup suatu spesies. Biji memegang peranan penting dalam komunitas tumbuhan. Biji memainkan fungsi krusial dalam kesinambungan populasi tumbuhan yang berbeda (Vasquez- Ynaes dan Orozco- Segovia 1993). Biji merupakan agen reproduksi tumbuhan, penyebaran dalam sebuah komunitas, atau menyebar ke area dan habitat lain. Namun, perkembangan biji didahului dengan perkembangan organ generative bunga dan buah. Apa yang terjadi pada fase ini, seperti pembuhan bunga sampai ke pemasakan buah menentukan apakah biji akan dihasilkan dan mampu tumbuh. Distribusi tumbuhan juga dipengaruhi oleh sifat alami biji dan reproduksi vegetatif. Tumbuhan dengan biji ringan mungkin terdistribusi secara luas. Sebaliknya, tumbuhan dengan biji berat atau memiliki kecenderungan bereproduksi secar vegetative akan mengelompok dekat dengan pohon induk.
Daun dalam kaitannya pada fungsi ekologi memegang berperan penting dalam proses fotosintesis. Organ tumbuhan ini berperan langsung dalam pengikataan CO2 dan sangat tergantung pada cahaya matahari. Karena itu, daun mengalami proses ekofisiologi yang sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan internal tanaman. Laju fotosintesis, pertumbuhan dan mekanisme pertahananan tumbuhan dapat diprediksi melalui karakteristik daun. Salah satu metode yang dipakai adalah menghitung SLA (Specific Leaf Area). Tumbuhan dengan SLA rendah biasanya memliki investasi tinggi dalam hal struktur fisik dan dapat hidup dalam jangka waktu yang cukup lama. SLA juga lebih tinggi yaitu pada tumbuhan yang tumbuh di lingkungan dengan sumber daya yang kaya. Adapun cara menghitung SLA adalah :
SLA = 
Dari hasil pengamatan dan pendataan kami menghitung 5 jenis daun tumbuhan atas dengan masing-masing 10 helai daun perjenisnya dan begitupn dengan daun tumbuhan bawah.
Pada ekosistem hutan, walaupun jenisnyea heterogen, namun pengaruh dari predator yang menyerang tanaman tetap banyak ditemukan. Hal ini dibuktikan, dengan banyaknya kita temuii daun ataupun organ tanaman lain yang diserang herbivore dengan indikasi seperti daun berlobang, atau mati stelah dimakan. Karena tumbuhan merupkan produsen dan penyedia makanan segar utama di hutan, tumbuhan harus beradaptasi untuk dapat terus bertahan hidup walaupun selalu dimakan. Karena banyak hewan yang bergantung pada tanaman dalam mencari makanan. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi proses fotosintesis tanaman dan akhirnya produktivitas tanaman. Semakin besar tingkat predasi maka tingkat fotosintesis dan produktivitas akan menurun begitu pun sebaliknya.
Untuk mencari persentasi jumlah daun terserang kami mengamati 5 (lima) jenis tumbuhan pada area tertutup dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Mencari Persentasi Serangan =
Adapun perhitungan masing-masing jenis sebagai berikut :
1.     
 
= 83,3 %



2.     
 
= 36,9 %

3.     
 
= 92,9 %

4.     
 
= 19 %

5.     
 
= 18,3 %












BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil praktikum dan pembahasan dalam pengamatan laporan ini dapat di simpulkan bahwa :
1.      Iklim mikro di dalam hutan sangat mempengaruhi vegatasi hutan. Hal ini sangat berbeda ketika kita berada di lahan terbuka yang iklimnya sangat panas dan ekstrim.
2.      Suksesia yang terjadi di dalam hutan dapat berubah perlahan-lahan dari komunitas tumbuhan dalam satu daerah tertentu dimana terjadi dari satu jenis tumbuhan oleh jenis tumbuhan lainnya.
3.      Pengaruh cahaya sangat berperan penting dalam proses fotosintesis tanaman hutan sehingga dapat mempengaruhi stratifikasi tanaman hutan.
4.      Tanaman bawah hutan memilki karekteristik tertentu untuk beradapatsi dengan keadaan minimnya cahaya yang diterima oleh tanaman tersebut.
5.      Sebagian besar pohon domnian termasuk tanaman yang menerima banyak cahaya, sehingga mampu berfotosintesis dan berproduksi dengan baik.
6.      Bank biji merupakan kumpulan biji yang tersimpan pada lantai hutan yang akan berkembang melalui berbagai proses secara alami dan membutuhkan waktu yang lama.









Daftar Pustaka

Arief, Arifin. 1994. Hutan, Hakikat dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Djajapertundja, S. 2002. Hutan dan Kehutanan Indonesia dari Masa ke Masa. Bandung: IPB Press.

Faidah, N. 2007. Studi Vegetasi Nonfloristik Di Kawasan Cagar Alam Batukahu Desa Candikuning Kecamatan Baturiti Kabupaten Tabanan Bali. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Malang: Jurusan Biologi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Malang.

Irwan, Z.D. 2003. Prinsip-Prinsip Ekologi dan Organisasai Ekosistem Komunitas dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara.

Resosoedarmo,R.S.1989. Pengantar Ekologi.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.











LAMPIRAN

Dokumentasi Pada saat di Areal Terbuka           
100_5534.JPG100_5535.JPG







100_5575.JPG100_5537.JPG
        





100_5570.JPG100_5573.JPG









100_5568.JPG100_5571.JPG








100_5548.JPG100_5543.JPG







100_5538.JPG100_5580.JPG








Dokumentasi Pada saat di Areal Tertutup          
100_5618.JPG100_5606.JPG







100_5623.JPG100_5608.JPG








100_5611.JPG100_5620.JPG








100_5651.JPG100_5638.JPG







100_5695.JPG100_5656.JPG








100_5918.JPG100_5913.JPG